"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak (akan dapat) menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nahl, 18).
Seringkali manusia lupa, tertutup hati untuk merasakan bahwa nikmat itu dari Allah yang wajib disyukuri.
Kecenderungan melupakan, mendustakan, dan mengkufuri nikmat ini hampir dialami oleh setiap manusia. Karena itu, secara berulang-ulang Allah menegur manusia dengan firman-Nya:
Kecenderungan melupakan, mendustakan, dan mengkufuri nikmat ini hampir dialami oleh setiap manusia. Karena itu, secara berulang-ulang Allah menegur manusia dengan firman-Nya:
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang dapat kamu dustakan." (Q.S. Ar-Rahman, 13).
Tujuannya, agar manusia selalu ingat, membenarkan, mengakui, dan mensyukuri semua nikmat yang telah diberikan-Nya. Karena jika seseorang atau suatu kaum terjangkit penyakit kufur nikmat, Allah akan menimpakan azab kepadanya.
"Jika kamu kufur (terhadap nikmat-Ku), ingatlah, sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim, 14).
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram; rezekinya datang kepadanya dengan melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk)-nya mengingkari (kufur) nikmat-nikmat Allah.
"Karena itu Allah menimpakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan disebabkan oleh apa yang telah mereka perbuat. "(Q.S. An-Nahl, 112).
Kufur nikmat adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan timbulnya kemaksiatan. Penyakit ini, selain mengakibatkan azab Allah (sebagaimana dalam firman Allah diatas), juga secara moral, sedikit demi sedikit, akan melucuti keimanan, diganti dengan kekufuran. Kufurnya seseorang terhadap rububiyah Allah atas dirinya, mengakibatkan kekufurannya akan hukum-hukum mulkiyah Allah, dan itu berarti kekufuran terhadap uluhiyah-Nya.
Adapun, syukur nikmat adalah sikap yang wajib dimiliki oleh setiap mukmin. Syukur nikmat merupakan ungkapan dari lubuk hati yang diliputi keimanan dan senantiasa mengingat pemberi nikmat. Perasaan itulah yang mendorong lisan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil-'Alamin, sebagai langkah awal dari tujuan hakiki syukur yaitu untuk mendayagunakan seluruh nikmat yang telah Allahberikan sesuai dengan kehendak dan petunjuk-Nya.
Baca juga : Cobaan bentuk kasih sayang Allah
Pola hidup syukur betul-betul akan mengarahkan manusia menjadi mu'min muttaqin yang utuh, karena dia akan senantiasa berhati-hati dalam menjalani hidup, memanfaatkan nikmat sekecil apa pun. Seorang pemimpin akan ingat kewajibannya untuk berlaku adil; dia tidak akan berani berkhianat atas jabatannya, sekecil apa pun amanat yang diembannya. Seorang hartawan akan berhati-hati dalam meraih dan membelanjakan hartanya secara benar. Dia tidak akan berani berlaku sewenang-wenang menindas orang-orang lemah. Dia tidak akan pernah lupa dengan kewajibannya mengeluarkan hak fakir miskin dan infak di jalan Allah.
Di antara langkah untuk menjalani hidup syukur adalah sebagai
berikut:
1. Membandingkan bagian rezekinya dengan rezeki orang yang berada di bawah, dan membandingkan amal akhirat dengan amal orang yang di atasnya.
2. Senantiasa mensyukuri nikmat sekecil apa pun. Orang yang tidak dapat mensyukuri nikmat yang kecil, tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang besar. Rasulullah bersabda,
"Orang yang tidak mensyukuri nikmat yang sedikit tidak akan dapat mensyukuri nikmat yang banyak".
3. Bersikap bijaksana dalam memahami ketentuan Allah: sebagai nikmat atau sebagai bencana. Tujuannya, agar tidak salah dalam menentukan tindakan: bersyukur atau bersabar.
4. Membiasakan mengingat kebaikan orang lain sekecil apa pun. Orang yang tidak dapat berterima kasih atas kebaikan orang lain, tidak akan dapat mensyukuri nikmat dari Allah.
Rasulullah SAW bersabda,
"Orang yang tidak bersyukur kepada manusia, tidak akan dapat bersyukur kepada Allah."
5. Mengatur seluruh tindakan sesuai dengan etik Islam dan tatakrama pergaulan antara sesama khususnya sesama Muslim.
****
_______________________________________________________________
60 Penyakit hati
Pengarang : Uwes Al-Qorni
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya